ProsesProduksi Pemanfataan Limbah Pelepah Batang Pohon Pisang Untuk Aksesoris Kepala DI Daerah Kaujon Banten . Ă— Proses Produksi Pemanfataan Limbah Pelepah Batang Pohon Pisang Untuk Aksesoris Kepala DI Daerah Kaujon Banten. Narada : Jurnal Desain dan Seni. Hidayat Sirruhu.
Melimpahnya limbah pohon pisang akibat diambil hanya buahnya, memunculkan keresahan tersendiri. Di tangan orang-orang kreatif, limbah pisang bisa berubah wujud menjadi bermacam barang baru yang punya nilai ekonomi. Rani Rufaidah, Oki Kurniawan, dan Dedy Rachmad Setiawardhana dari Universitas Trilogi, Jakarta, menggali potensi limbah pelepah pisang. Dalam penelitian mereka, limbah pelepah pisang dieksplorasi untuk dijadikan produk interior, yaitu kap lampu yang estetik. Pohon pisang umumnya hanya berbuah sekali dan jika sudah berbuah maka pohon pisang akan mati. Biasanya pohon pisang hanya dimanfaatkan pada bagian buah dan daunnya, sedangkan bagian lainnya hanya dibiarkan atau ditebang lalu dibuang begitu saja. Kalaupun ada yang memanfaatkannya, biasanya tidak mengeksplorasi kelebihan pelepah pisang. “Pelepah pisang biasanya hanya dimanfaatkan sebagai produk aksesoris dan lintingan rokok, padahal karakter serat daunnya yang kuat membuatnya berpotensi untuk dieksplorasi hingga bisa dijadikan produk lain yang bernilai jual tinggi,” tulis para peneliti. Mereka menyebut, pohon pisang merupakan tanaman yang sangat mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia dan tidak memerlukan perawatan yang begitu rumit. Indonesia memiliki lebih dari 230 jenis pisang. Mengutip data Badan Pusat Statistik BPS, produksi pisang di Indonesia mencapai 8,18 juta ton pada 2020. Jumlah itu meningkat 12,39% dari 7,28 juta ton pada 2019. Sebagai informasi, produksi adalah banyaknya hasil menurut bentuk hasil yang ditetapkan dan merupakan penjumlahan laporan per unit. Sementara, jumlah tanaman menghasilkan adalah jumlah tanaman yang mampu menghasilkan buah berdasarkan waktu musim panennya. Secara tren, produksi pisang Indonesia cenderung meningkat selama lima tahun terakhir. Jadi, bisa dibayangkan berapa banyak limbah pohon pisang yang dihasilkan dari angka produksi yang besar tersebut. Kap lampu dari pelepah pisang Salah satu kelebihan dari karakteristik pelepah pohon pisang ialah mempunyai serat sebagai bahan pengisi dalam komposit, yang berfungsi sebagai penguat dari matriks. Karakteristik dari serat pada pelepah pisang bisa digunakan sebagai pengganti bahan pembuat kain dan juga berdaya simpan tinggi, sehingga serat pisang memenuhi syarat sebagai bahan akustik untuk penyerapan bunyi. Apalagi setelah pelepah pisang dikeringkan untuk mengurangi kandungan air pada pelepah pisang tersebut, maka kepadatannya akan semakin membuat pelepah pisang menjadi bahan yang dapat menyerap bunyi dengan cukup baik. “Untuk meningkatkan harga jual dan kualitas dari pelepah pohon pisang perlu adanya terobosan baru dengan pemanfaatan pelepah pohon pisang dengan teknik pembuataan secara biodegradable atau teknik alami yang tidak menggunakan bahan kimia sintetis agar mengurangi limbah yang dapat merusak lingkungan,” kata tiga peneliti itu dalam laporannya. Teknik eksplorasi yang mereka gunakan adalah dengan tetap mengikuti konsep biodegradable, agar produk tersebut bila habis masa pakainya dapat terurai di alam. Adapun teknik eksplorasi yang dilakukan adalah bahan alami, teknik cetak atau press, dan teknik oven serta teknik perebusan. Untuk membuat kap lampu dari limbah pelepah pisang, mereka melakukan penghancuran atau penggilingan pelepah pisang. Kemudian, pelepah pisang melewati proses oven dan press untuk dijadikan sebuah komposit dengan campuran dari bahan-bahan alami yang dapat terurai. Selanjutnya, hasil komposit tersebut dipilih berdasarkan analisis dari karakteristik yang didapatkan pada hasil komposit, berdasarkan hasil eksplorasi yang sudah sesuai dengan karakteristik yang diinginkan yaitu kuat, tahan lama, alami dan tahan panas, kemudian diaplikasikan menjadi produk armatur lampu. Setelah itu, dilakukan proses produksi prototip lampu berdasarkan desain yang disukai. Proses pengerjaan prototip ini melalui beberapa tahapan yaitu pembuatan rangka lampu, pembuatan armature lampu dengan proses pembuatan mess composit dan fiber composit, perakitan komposit menjadi armature, perakitan lampu, lalu perakitan semua komponen. Pembalut dari pelepah pisang Sama seperti di Indonesia, India pun punya masalah serupa dengan limbah pohon pisang. Negara ini juga memproduksi berton-ton pisang setiap tahunnya, namun setengah dari setiap pohon yang tumbuh, berakhir menjadi sampah. Sebuah perusahaan bernama Saathi kemudian terpikir untuk memanfaatkan limbah tersebut dengan mengolahnya menjadi pembalut wanita yang biogradable alias bisa terurai. Ide ini tak hanya mengurangi limbah pohon pisang, tetapi juga sekaligus mengurangi sampah pembalut wanita yang tidak bisa terurai. Didirikan pada 2015, hanya sepertiga dari wanita di India menggunakan atau bisa membeli pembalut. Hal ini tentunya membuat para wanita yang sedang menstruasi merasa tidak nyaman dan bisa berdampak pada kesehatan reproduksi mereka karena tidak higienis. Para pendiri Saathi, Kristin Kagetsu dan Tarun Bothra pun ingin membantu para wanita ini tanpa harus menambah sampah plastik yang berasal dari pembalut yang tidak ramah lingkungan. Maka, mereka mengeksplorasi limbah pohon pisang. Mereka pun bertemu dengan seorang peneliti bernama Chirag Desai yang juga mencari cara untuk memanfaatkan limbah pohon pisang. Chirag dan timnya mengubah serat pohon pisang menjadi bermacam produk, mulai dari pupuk, kain, bahkan permen. Dia kemudian berbagi pengetahuan dengan para pendiri Saathi. “Pasar untuk produk-produk berbahan dasar alam sedang tumbuh. Mereka pendiri Saathi bertemu kami, tinggal dengan kami selama sepekan untuk belajar bagaimana mengekstrak serat pohon pisang,” ujarnya. Langkah pengolahannya Langkah pertama, pohon pisang dipotong-potong. Para pekerja kemudian memisahkan pelepah pisang lapisan per lapisan. Lalu lembaran pelepah pisang dimasukkan ke dalam mesin dengan hasil akhir serat-serat seperti benang tebal. Serat-serat itu kemudian dicuci dan dijemur hingga kering. Bahan ini pun siap untuk diolah. Saathi membeli bahan baku ini sehingga para petani bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Air dari perasan pelepah pisang yang dikeringkan pun bisa dimanfaatkan para petani sebagai pupuk. Di pabrik Saathi, serat ini kemudian dipotong-potong lagi hingga halus dan menjadi bahan seperti kapas untuk diolah menjadi pembalut. Pengolahan serat menjadi bahan seperti kapas ini menggunakan teknologi yang mereka rahasiakan. “Kami mengolahnya dengan teknologi kami yang telah dipatenkan. Dengan ini, serat-serat pohon pisang berubah menjadi bahan mirip kapas,” ujar Tarun. Selanjutnya, bahan ini dipres hingga tipis, lalu disusun lapisan per lapisan serta dibentuk seperti pembalut pada umummya. Kemudian pembalut disterilkan menggunakan sinar ultraviolet sebelum dikemas. Hasilnya, jadilah pembalut berdaya serap tinggi untuk membantu para perempuan melewati masa menstruasi. Pendiri Saathi menyebutkan, pembalut maupun kemasan pembalut ini biogradable, sama sekali tidak mengandung plastik sehingga tidak menimbulkan sampah setelah pemakaiannya. Saathi menyebutkan pembalut dan kemasannya akan terurai kurang dari enam bulan. Produk ini dijual Saathi secara online dan di toko-toko farmasi. Untuk setiap pembalut yang terjual, Saathi memberikan satu pembalut gratis yang didistribusikan ke area pinggiran dan miskin di India. Tak sekadar membagikan pembalut gratis, di daerah-daerah ini Saathi juga memberikan edukasi tentang kesehatan alat reproduksi wanita, sehingga mereka lebih melek tentang tubuh mereka. “Kami telah mendistribusikan hampir dua juta pembalut saat ini,” kata Tarun. Meski begitu, satu dari empat wanita di India masih belum punya akses membeli atau menggunakan pembalut. Bisa mendorong perubahan yang membuat para wanita tidak lagi tabu membicarakan kesehatan organ reproduksi mereka, dan bisa membuat pembalut yang ramah lingkungan, adalah pencapaian yang disyukuri oleh Saathi. “Lebih banyak wanita yang kini merasa nyaman, sehat, dan higienis saat mestruasi, dan tidak menambah sampah dari pembalut, adalah sebuah warisan Bumi yang lebih baik untuk generasi mendatang,” tutup Tarun. E03Pelepahpisang bisa dijadikan karya sastra berupa lukisan 3D. Perlu kreatifitas tinggi untuk bisa membuat kerajinan yang satu ini. Memilikinya di rumah sebagai hiasan dinding tentu memberikan kesan artistic tersendiri di rumah. Pengrajin pelepah pisang banyak dijumpai di Bali, Bojonegoro, Lampung, dan juga Bandung. Kebanyakan wadah atau kemasan makanan yang dikenal masyarakat saat ini berbahan gabus sintetis alias styrofoam. Banyak pula yang berbahan dasar plastik atau karton. Kemasan dengan bahan-bahan tersebut dinilai tidak ramah lingkungan. Styrofoam dan plastik sulit atau bahkan tidak dapat terurai di alam. Sementara, produksi karton dan kantong kertas mengorbankan pohon dan mendorong deforestasi. Sebagai alternatif, Plepah menawarkan wadah pembungkus makanan yang lebih ramah lingkungan. Seperti namanya, pelaku industri kreatif Tanah Air ini membuat wadah pembungkus makanan dari pelepah pinang. Sebelum itu, Plepah pernah melakukan riset internal. Dari riset itu, mereka mencatat kontribusi sampah styrofoam yang terbuang ke laut Indonesia dari 18 kota selama Januari 2018 mencapai 0,27 hingga 0,59 ton. Hal itu lantas mendorong mereka untuk mengurangi jumlah sampah styrofoam dengan menciptakan inovasi wadah makanan dari limbah yang dianggap tak bernilai. Dengan proses sedemikian rupa, mereka mengolah pelepah pisang menjadi wadah makanan yang tahan panas, tahan air, dan tahan minyak. Foto Ide awal Plepah Ide awal Plepah muncul ketika CEO Plepah, Rengkuh Banyu Mahandaru bersama inventornya berlibur ke Wakatobi. Di sana, ia melihat fenomena ikan paus terdampar, dan ketika dibelah, perutnya berisi sampah plastik. Dari situ, ia bersama tim mencari solusi untuk menghasilkan material alternatif yang ramah lingkungan dan terjangkau, hingga tercetus ide tentang kemasan makanan berbahan alami dari pelepah pohon pinang. Pelepah pinang dipilih karena banyak dianggap sebagai limbah yang tidak bernilai—tidak seperti buahnya. Biasanya, pelepah pinang akan berakhir bersama sampah pembersihan kebun yang akhirnya dibakar. Padahal, pelepah pinang memiliki tekstur yang kaku dan kokoh, tapi ringan. Selain itu, pelepah pinang juga lebih aman digunakan sebagai kemasan karena tidak mengontaminasi makanan. Saat ini, Plepah telah menghasilkan produk piring dan wadah kemasan dari pelepah pinang. Kedua produk itu pun sudah dipasarkan melalui jaringan e-commerce yang ada di Indonesia. Model bisnis berkelanjutan Plepah merancang model bisnisnya sebagai suatu sistem berkelanjutan, melalui pendekatan human centered dan proses mikro manufaktur. Dengan model bisnis ini, Plepah memiliki mindset untuk tidak sekadar memperbesar kapasitas produksi, tapi juga memperbanyak titik produksi. Dengan begitu, lebih banyak komunitas bisa terlibat, terdampak positif dan mandiri secara ekonomi. Sayangnya, masih ada tantangan yang mereka hadapi. Solusi ramah lingkungan yang ditawarkan Plepah ini masih terkendala harga ritel yang lumayan tinggi, jauh lebih tinggi ketimbang harga wadah berbahan styrofoam. Kendati demikian, Plepah berharap akan semakin banyak orang yang menaruh perhatian terhadap isu lingkungan dan mau menggunakan produk yang lebih ramah lingkungan. E04
Pelepahpisang digunakan karena banyak terdapat pohon pisang di desa maupun di kota. Alat yang dapat digunakan yaitu gunting kain atau kertas, cutter, lem kertas, dan lem kayu. Karya seni dua dimensi teknik kolase dengan media pelepah pisang dibuat dengan cara menempelkan sobekan-sobekan pelepah pisang pada bidang datar.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanan di dalam ruangan diantaranya adalah perencanaan sistem pencahayaan, penghawaan dan akustik dapat berfungsi optimal. Kenyamanan dalam ruangan akan terwujud apabila bisa mengatasi masalah kebisingan yang terjadi baik dari dalam maupun dari luar ruangan. Kemajuan sarana transportasi menjadi salah satu penyebab masalah kebisingan. Pemilihan material yang kurang tepat juga menjadi penyebab kebisingan. Reduksi bunyi dapat terjadi tergantung jenis material penyerapannya, yaitu material yang memiliki nilai penyerapan lebih tinggi dari pada nilai pantulnya. Pemilihan material akustik menjadi penentu kualitas suara di dalam ruangan. Beberapa fungsi suatu bangunan memiliki persyaratan tingkat intensitas bunyi yang distandarkan. Bahan material yang diproduksi oleh pabrik dan sering dijumpai adalah glaswool, karpet, sterofoo,. Beberapa penelitian terdahulu telah mengujikan beberapa alternatif bahan dinding kedap suara dengan memanfaatkan potensi lokal, diantaranya adalah dengan menggunakan bahan dasar sekam padi, sabut kelapa dan serbuk gergaji kayu. Pada penelitian ini limbah pelepah pisang menjadi pilihan untuk bahan dasar dinding kedap suara. Selain harganya murah, bahanini sering dijumpai dan mudah untuk memperolehnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serat pelepah pisang memenuhi persyaratan penting dari karakteristik dasar bahan akustik yaitu, bahan berpori yang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan. Tingkat kepadatan pelepah pisang yang sudah dikeringkan akan semakin membuat pelepah pisang menjadi bahan yang dapat menyerap bunyi dengan cukup baik dan akan pisang yang sudahdikeringkan, memilki tekstur yang berserabut dan berpori. Hal ini bisa menjadi alternatif bahan dasar material dinding kedap suara. Jenis pisang yang digunakan pada penelitian ini adalah pisang raja susu yang dinilai lebih murah dan lebih banyak terdapat disekitar lingkungan rumah. Figures - uploaded by Dhani MutiariAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Dhani MutiariContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Suharyani., Dhani Mutiari., Limbah pelepah pisang raja susu sebagai alternatif bahan dinding kedap suara LIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA Suharyani, Dhani Mutiari Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Sukoharjo 57102 Telp 0271-717417 E-mail ABSTRAK Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanan di dalam ruangan diantaranya adalah perencanaan sistem pencahayaan, penghawaan dan akustik dapat berfungsi optimal. Kenyamanan dalam ruangan akan terwujud apabila bisa mengatasi masalah kebisingan yang terjadi baik dari dalam maupun dari luar ruangan. Kemajuan sarana transportasi menjadi salah satu penyebab masalah kebisingan. Pemilihan material yang kurang tepat juga menjadi penyebab kebisingan. Reduksi bunyi dapat terjadi tergantung jenis material penyerapannya, yaitu material yang memiliki nilai penyerapan lebih tinggi dari pada nilai pantulnya. Pemilihan material akustik menjadi penentu kualitas suara di dalam ruangan. Beberapa fungsi suatu bangunan memiliki persyaratan tingkat intensitas bunyi yang distandarkan. Bahan material yang diproduksi oleh pabrik dan sering dijumpai adalah glaswool, karpet, sterofoo,. Beberapa penelitian terdahulu telah mengujikan beberapa alternatif bahan dinding kedap suara dengan memanfaatkan potensi lokal, diantaranya adalah dengan menggunakan bahan dasar sekam padi, sabut kelapa dan serbuk gergaji kayu. Pada penelitian ini limbah pelepah pisang menjadi pilihan untuk bahan dasar dinding kedap suara. Selain harganya murah, bahan ini sering dijumpai dan mudah untuk memperolehnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serat pelepah pisang memenuhi persyaratan penting dari karakteristik dasar bahan akustik yaitu, bahan berpori yang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan. Tingkat kepadatan pelepah pisang yang sudah dikeringkan akan semakin membuat pelepah pisang menjadi bahan yang dapat menyerap bunyi dengan cukup baik dan akan pisang yang sudah dikeringkan, memilki tekstur yang berserabut dan berpori. Hal ini bisa menjadi alternatif bahan dasar material dinding kedap suara. Jenis pisang yang digunakan pada penelitian ini adalah pisang raja susu yang dinilai lebih murah dan lebih banyak terdapat disekitar lingkungan rumah. Kata Kunci dinding kedap suara, material, nilai reduksi bunyi, pelepah pisang raja susu PENDAHULUAN Menggali potensi lokal dengan peman-faatan limbah alami Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT pasti memilki nilai kebaikan. Kekayaan alam yang melimpah di alam semesta ini merupakan salah satu bukti kebesaran Nya. Kekayaan alam dengan berbagai macam bentuk dan warna tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita telah membuktikan kekuasaan dan kebesaran Allah. Hal ini dijelaskan dalam Alquran surat Asy Syu'araa' ayat 7 Artinya “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik“. Beberapa jenis tumbuhan/tanaman yang ada di negara Indonesia memiliki nilai kemanfaatan yang besar. Salah satu diantaranya adalah pohon pisang. Tanaman ini mudah didapatkan, memiliki beberapa manfaat, dan harga relatif murah. Pohon pisang sering dijumpai di lingkungan sekitar Sinektika 2013 kita. Pohon pisang sering dijumpai di setiap pekarangan rumah, di pinggir jalan serta di sawah-sawah di pedesaan. Pohon pisang di Indonesia menjadi salah satu komoditas yang dapat dimanfaatkan. Pisang dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat. Pisang dijual dengan berbagai tingkatan mutu dan harga yang sangat bervariasi satu sama lain. Indonesia memiliki lebih dari 230 jenis pisang. Dari beberapa jenis pisang di Indonesia hanya beberapa jenis pisang yang dijual di pasaran, dikonsumsi oleh masyarakat dan mudah untuk mendapatkannya, diantaranya adalah Pisang Barangan, Raja, Raja Sereh Raja Susu, Raja Uli, Raja Jambe, Raja Molo, Raja Kul, Raja Tahun, Raja Bulu, Kepok, Tanduk, Mas, Ambon Lumut, Ambon Kuning, Nangka, Kapas, Kidang, Lampung, dan pisang Tongkat Langit. Pohon pisang memiliki banyak keistimewaan dibanding jenis tanaman yang lain. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa pelepah pisang Kepok bisa menjadi alternatif bahan dinding kedap suara. Pisang Raja Susu dipilih karena jumlahnya melimpah dan harganya lebih murah dibandingkan dengan pisang kepok. Pelepah pisang Raja Susu juga memiliki karakteristik hampir sama dengan pisang kepok. Dinding kedap suara untuk mengatasi masalah akustik dalam ruangan Akustik adalah ilmu yang mempelajari tentang bunyi dan semua yang berkaitan dengan bunyi serta cara penanggulangan cacat akustik. Hal-hal yang dipelajari dalam akustik meliputi sifat-sifat bunyi, usaha mendapatkan bunyi yang enak untuk di dengar dalam sebuah ruangan, isolasi bunyi, persyaratan akustik dan sebagainya. Bunyi adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa terdengar oleh telinga normal manusia. Getaran tersebut ada pada frekuensi 20-20000 Hertz. Di bawah rentang tersebut disebut bunyi infra infra sound, sedang di atas rentang tersebut disebut bunyi ultra ultra sound. Suara voice adalah bunyi manusia. Bunyi udara airborne sound adalah bunyi yang merambat lewat udara. Bunyi struktur structural sound adalah bunyi yang merambat melalui struktur untuk mengukur besarnya bunyi atau tekanan suara yang keluar dari sumbernya adalah sound level meter. Satuan bunyi adalah sound level meter. Akustik ruang lebih membahas tentang kualitas bunyi dalam ruang dan pengaturannya, pengendalian cacat akustik, bising. Kebisingan/noise adalah bunyi yang mengganggu dan tidak diinginkan, berasal dari suara manusia, lalu-lintas kendaraan, mesin/peralatan, refleksi suara speaker. Bunyi akan terdengar dari sumbernya apabila kenyaringannya melebihi background noise minimal 6 dB sampai 10 dB. Batas minimal perubahan kenyaringan bunyi yang masih dapat didengar dalam kondisi normal adalah 3 dB. Reduksi bising alamiah dapat terjadi karena aspek suhu udara °C, kelembaban udara %RH. Semakin tinggi suhu, kelembapan rendah dan intensitas bunyi naik Satwiko, 2004. Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai berikut 1. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja menyebutkan bah-wa kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang berada pada titik tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. 2. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan XI/1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan bahwa kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan membahayakan kesehatan. Apabila akan membangun sebuah ruangan yang digunakan untuk aktifitas yang berkaitan dengan suara, misalnya home theater dan studio ataupun ruang rapat/konferensi dan ruang konser, ada 2 hal yang harus diperhatikan, yang pertama adalah bagaimana membuat ruangan terisolasi secara akustik dari lingkungan sekitarnya atau sering disebut sebagai insulasi membuat ruangan kedap suara atau soundproof. Hal lain yang harus diperhatikan adalah bagaimana mengkondisikan ruangan agar berkinerja sesuai dengan fungsinya atau sering disebut sebagai pengendalian medan akustik ruangan. Suharyani., Dhani Mutiari., Limbah pelepah pisang raja susu sebagai alternatif bahan dinding kedap suara Penerapan dinding kedap suara Dinding kedap suara terdiri dari beberapa jenis komposisi material. Bahan yang biasa digunakan adalah karpet dan glaswool. Dinding bata atau beton, dilapisi karpet atau glasswool, yang diletakkan diantara dinding bata dan kayu. Gambar 1. Contoh dinding kedap suara dengan bahan glaswool Sumber Mediastika, 2002 Akustik dalam Ruangan Bunyi akan mudah terbentur pembatas ruang di tempat tertutup. Pada ruangan tersebut akan terjadi peristiwa refleksi, absorbsi, transmisi, difraksi, difusi ,tergantung karakteristik elemen pembatas ruang jenis material, luas, bentuk. Bunyi terdengar merupakan kombinasi bunyi asli dan bunyi pantul. Penekanan pada cara mengatasi kebisingan yang muncul di dalam ruang serta meningkatkan kualitas bunyi , hal ini bertujuan agar tidak terjadi cacat akustik. Gambar 2. Gambar Perilaku Bunyi Sumber Mediastika, 2005 Sinektika 2013 Reduksi Bunyi Reduksi bunyi dapat terjadi tergantung jenis material penyerapannya,. Material yang memiliki nilai penyerapan lebih tinggi dari pada nilai pantulnya. Nilai penyerapan bunyi dari seluruh elemen ruang yang dinaikkan 2x lipat dari nilai semula, maka akan menurunkan kebisingan dari proses pantulan sebesar 3 dB. Nilai reduksi bunyi setelah ada pergantian material dirumuskan sebagai berikut NR =10 log 𝑎2𝑎1 … 1 dengan NR = Noise Reduction dB a2 = total reduksi setelah re-design a1 = total reduksi sebelum re-design NR merupakan reduksi dari bunyi hasil pemantulan yang tidak dikehendaki dengan penggantian elemen bidang batas, dengan intensitas sumber bunyi adalah tetap. Bagian elemen ruang yang harus mendapat perhatian agar NR efektif adalah bagian plafon, karena bagian ini merupakan bidang yang bebas dari kemungkinan tertutup objek lain, sehingga sangat potensial memantulkan bunyi. Koefisien Penyerapan/Absorbsi α Koefisien penyerapan adalah jum-lah/proporsi dari keseluruhan energi yang datang yang mampu diserap oleh material. Nilai koefisien penyerapan 1 mengandung arti bahwa permukaan menyerap absorbsi dengan sempurna, nilai penyerapan 0 berarti permukaan memantulkan refleksi dengan memiliki koefisien serap 0,007 dan dihitung dalam frekwensi 2000 1. Material dan Koefisien Serap KOEFISIEN SERAP PADA 500 Hz Sumber SK 405/MenKes RI/SK/XI/2002 Suharyani., Dhani Mutiari., Limbah pelepah pisang raja susu sebagai alternatif bahan dinding kedap suara Pelepah Pisang sebagai Alternatif Bahan Dinding Kedap Suara Serat yang diperoleh dari pelepah pisang merupakan serat yang cukup kuat sehingga cocok dijadikan bahan kain textil. Serat ini juga cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas karena memiliki memiliki kekuatan dan daya simpan yang tinggi Suyanti dkk, 2008 hal 30. Karakteristik dari serat pada pelepah pisang yang bisa digunakan sebagai pengganti bahan pembuat kain dan juga berdaya simpan tinggi, sehingga serat pisang memenuhi syarat sebagai bahan akustik untuk penyerapan bunyi. Serat pelepah pisang juga memenuhi persyaratan penting dari karakteristik dasar bahan akustik yaitu, bahan berpori yang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan. Apalagi setelah pelepah pisang dikeringkan untuk mengurangi kandungan air pada pelepah pisang tersebut, maka kepadatannya akan semakin membuat pelepah pisang menjadi bahan yang dapat menyerap bunyi dengan cukup baik dan akan meredamnya. Pelepah pisang yang sudah dikeringkan, memilki tekstur yang berserabut dan berpori. Hal ini sebenarnya bisa juga menjadi alternatif bahan dasar material dinding kedap suara. Beberapa penelitian terdahulu telah menguji beberapa alternatif bahan dinding kedap suara yang memiliki karakteristik hampir sama dengan pelepah pisang yang dikeringkan, sebagai contoh diantaranya adalah sabut kelapa, sekam padi dan limbah gergaji kayu. Gambar 3. Morfologi tanaman pisang Sumber Elemen penyerap bunyi yang berpori mempunyai karakteristik penyerapan lebih efisien. Selain itu, ketebalan dan jarak lapisan dinding juga menentukan optimalisasi tingkat peredaman terhadap bunyi. Bahan berpori ini antara lain serat mineral, serat-serat karang rock wool, serat-serat gelas glass wool, serat-serat kayu, karpet, kain dan sebagainya. Hampir seluruh bagian tanaman pisang memiliki nilai kemanfaatan. Tingginya permintaan pasar akan hasil olahan buah pisang menimbulkan masalah yaitu limbah, seperti kulit pisang, bunga jantung pisang, pelepah batang dan bonggol akar. Akan tetapi limbah tersebut masing-masing memiliki nilai guna. Semakin berkembangnya ilmu pengeta-huan maka limbah–limbah tersebut bisa di diolah kembali, sehingga menghasilkan produk-produk baru yang memiliki nilai ekonomis dan nilai guna yang lebih tinggi. Pelepah pisang bisa diolah sehingga menghasilkan produk alternatif bahan dinding kedap suara. Gambar 4. Batang pisang Sumber Suharyani, 2012 Gambar 5. Pelepah pisang yang akan dikeringkan Sumber Suharyani, 2012 Gambar 6. Pelepah pisangyang akan dikeringkan Sumber Suharyani, 2012 Sinektika 2013 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah dengan studi komparasi dengan penelitian-penelitian terdahulu. Metode Eksperimental juga digunakan untuk menguji kemampuan penyerapan bunyi yang dihasilkan dari bahan pelepah pisang dengan berbagai bentuk anyaman yang berbeda dan memilki kemampuan paling optimum dalam meredam bunyi. Metode yang dilakukan untuk mengetahui nilai reduksi bunyi yang dihasilkan diantaranya adalah membuat beberapa jenis anyaman dari pelepah pisang yang sudah dikeringkan. Pelepah pisang yang sudah dipilih dikeringkan, kemudian dibuat anyaman. Anyaman tersebut kemudian diberi pelapis finishing triplek, agar bisa digunakan sebagai partisi dinding. Pengujian material ini dilakukan di laboratorium akustik, yaitu dengan membawa bahan uji untuk diujikan di laboratorium. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai reduksi bunyi yang dihasilkan dari pelepah pisang sebagai dinding kedap suara merupakan salah satu masalah yang dibahas pada penelitian ini. Pengukuran waktu dengung dilakukan sebelum uji material. Pengukuran tingkat reverberation dalam sebuah ruangan dilakukan dengan menggunakan waktu dengung reverberation time. Waktu dengung dibutuhkan oleh suatu sumber bunyi yang dihentikan seketika untuk turun intensitasnya sebanyak 60 dB dari intensitas awal Mediastika, 2005. Ruangan pengujian akustik yang digunakan berukuran 3,6 X 3,6X2,4 m dengan hitungan waktu dengung t sebesar 0,26 detik. Memiliki data sebagai berikut kapasitas 2 orang dengan koefisien serap 0,46, di mana volume ruang 3,6 X 3,6 X 2,4 = 31,104m³, dinding dilapisi glaswool koefisien serap 0,30 luas 4 X 3,6 X 2,4 = 34,56 m² , luas lantai dan plafon masing–masing 3,6 X 3,6 = 12,96 m² dan dilapisi glaswool dengan koefisien serap 0,30. Meja kayu 1 X 0,6 dengan koefisien serap 0,10, kursi plastik 1 buah dengan koefisien serap 0,01, dinding panel akustik dengan bahan pelepah pisang yang akan diujikan seluas 1 X 0,45 m². Rumus waktu dengung reverberation timepada saat ruangan kosong atau belum dipasang panel akustik yang akan diujikan, dihitung dengan rumus sebagai berikut 𝑡 = 0,16 . V . A .α … 2 t = waktu dengung detik V = volume ruang m³ A = luas permukaan bidang penyerapan α = koefisien atau tingkat penyerapan suatu permukaan bidang Perhitungan ini akan digunakan pada penelitian lanjutan dengan mencari waktu dengung t pada ruangan uji akustik dan perubahannya setelah dipasang material dinding kedap suara dngan bahan limbah pelepah pisang. KESIMPULAN Pemilihan material akustik menjadi penentu kualitas suara di dalam ruangan. Beberapa fungsi suatu bangunan memiliki persyaratan tingkat intensitas bunyi yang distandarkan. Bahan material yang diproduksi oleh pabrik dan sering dijumpai adalah glaswool, karpet, sterofoom, Beberapa penelitian terdahulu telah mengujikan beberapa alternatif bahan dinding kedap suara dengan memanfaatkan potensi lokal, diantaranya adalah dengan menggunakan bahan dasar sekam padi, sabut kelapa dan serbuk gergaji kayu. Pada penelitian ini limbah pelepah pisang menjadi pilihan untuk bahan dasar dinding kedap suara. Selain harganya murah, bahan ini sering dijumpai dan mudah untuk memperolehnya. Serat pelepah pisang juga memenuhi persyaratan penting dari karakteristik dasar bahan akustik yaitu, bahan berpori yang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan. Tingkat kepadatan pelepah pisang yang sudah dikeringkan akan semakin membuat pelepah pisang menjadi bahan yang dapat menyerap bunyi dengan cukup baik dan akan meredamnya. Pelepah pisang yang sudah dikeringkan, memiliki tekstur yang berserabut dan berpori. Hal ini bisa menjadi alternatif bahan dasar material dinding kedap suara. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan pengujian lebih lanjut lagi tentang nilai reduksi yang dihasilkan dari dinding kedap suara dari bahan pelepah pisang. Metode yang digunakan dalam membuat material dinding Suharyani., Dhani Mutiari., Limbah pelepah pisang raja susu sebagai alternatif bahan dinding kedap suara kedap suara dari bahan pelepah pisang juga perlu dikaji lebih dalam untuk mengetahui hubungan pola anyaman kaitannya dengan kemampuan nilai reduksi bunyi dan hubungannya dengan nilai estetika dari bentuk tampilan material yang akan dihasilkan. DAFTAR PUSTAKA Khuriati, Aini, dkk, 2006, Disain Peredam Suara Berbahan Dasar Sabut Kelapa dan Pengukuran Koefisien Penyerapan Bunyinya, Berkala Fisika ISSN 1410 - 9662, Januari 2006, 15-25 Mediastika, 2005, Akustika Bangunan, Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia, Edisi I, Erlangga, Jakarta Mediastika, 2009, Material Akustik, Pengendali Kualitas Bunyi pada Bangunan, Edisi I, Andi, Yogyakarta M. Bagus, 2009, Pemanfaatan Komposit Serat Batang PisangUntuk Aplikasi Panel Dinding Kendaraan Umum Kedap Suara Dan Memiliki Sifat Mekanik Yang Kuat, 5 Oktober 2011, Satwiko, Prasasto, 2004, Fisika Bangunan Edisi 1,ANDI, Yogyakarta Satwiko, Prasasto, 2004, Fisika Bangunan Edisi 2,ANDI, Yogyakarta ... Secara umum akustik dapat dilihat sebagai gelombang yang dihasilkan benda bergetar yang merambat melalui medium seperti udara Everest & Pollman, 2009. Akustik mempunyai tujuan untuk mencapai kondisi pendengaran suara yang sempurna yaitu murni, merata, jelas dan tidak berdengung sehingga sama seperti aslinya, bebas dari cacat dan kebisingan Suharyani & Dani, 2013. ...... Pisang musa paradisiaca adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Gambar 1. Batang Pisang Suharyani, 2012 Tanaman pisang Musa paradisiaca dapat dimanfaatkan mulai dari batang pisang bagian bawah bongkol, tengah dan bagian atas termasuk daunnya. Menurut Santi 2012 total produksi batang pisang dalam berat segar minimum mencapai 100 kali lipat dari produksi buah pisangnya sedangkan total produksi daun pisang dapat mencapai 30 kali lipat dari produksi buah pisang. ...Ancas TamiLimbah batang pisang merupakan salah satu biomassa terbesar di Indonesia yang memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup tinggi yaitu selulosa 59%, lignin 10%, dan hemiselulosa 18%. Delignifikasi merupakan proses pemisahan ikatan selulosa dengan lignin dan hemiselulosa. Pada penelitian ini dilakukan proses delignifikasi limbah batang pisang dengan metode organosolv dimana pelarut yang dipakai ialah asam formiat dengan konsentrasi 60%, 70%, 80% - berat dan katalis H2O2 5%-berat pada suhu 1000C selama 120, 150, dan 180 menit. Kemudian dilakukan analisis kadar lignoselulosa dan dikarakterisasi dengan uji FTIR dan SEM. Dari hasil analisis setelah proses delignifikasi, pelarut asam formiat dapat memisahkan ikatan lignoselulosa, didapatkan yield selulosa terbaik dengan menggunakan pelarut asam formiat 70% dengan waktu 180 menit didapatkan kadar selulosa sebanyak 59,55%. Orderterbanyak ekspor ke Jepang dan Eropa, tapi tidak ekspor langsung melainkan lewat buyer dari Jakarta yang mengirimkan ke sana," ujar Tien saat ditemui di rumahnya di Jalan Ciliwung, Surabaya. Untuk boneka yang kecil-kecil setinggi 20 cm, harganya berkisar Rp 50.000-Rp70.000, sedangkan yang berukuran besar antara Rp 100.000-Rp 150.000. - Selama ini pelepah pisang belum dimanfaatkan secara optimal dan masih berakhir jadi limbah. Padahal, dalam pelepah pisang memiliki kandungan selulosa yang tinggi dan bisa digunakan sebagai bahan penyerap berkemampuan serap tinggi. Untuk mengatasi itu, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada UGM mengolah pelepah pisang jadi bahan penyerap hidrogel ramah lingkungan. Dilakukan Ridho Alfalah, Delvira Sari dan Talitha Tara Thanaa, dibimbing dosen Lisna Hidayati. Ridho mengatakan, dilakukan proses isolasi agar dapat menghasilkan selulosa yang bebas dari kandungan zat lain seperti lignin dan hemiselulosa. Selulosa ini yang jadi bahan utama proses pembuatan hidrogel dengan kemampuan serap yang tinggi. "Selulosa yang dihasilkan disintesis menjadi turunannya karboksimetilselulosa. Hasilnya, diperoleh bahan penyerap berbasis yang memiliki daya serap cukup tinggi melalui proses ikat silang," kata Ridho, Senin 23/9. Mereka memakai empat varietas limbah pelepah pisang dalam penelitiannya. Keempat varietas yang digunakan ada pisang ambon, pisang mas, pisang raja, hingga pisang kepok. Keempatnya memiliki karakteristik dan kemampuan yang beda sebagai penyerap. "Keempat varietas pisang lokal yang kami pilih mudah untuk ditemukan dan harga tidak terlalu mahal, bahkan kadang bisa menemukan di pekarangan rumah sendiri," ujar Ridho. Pengembangan hidrogel dari limbah pelepah pisang ini diawali keprihatinan mereka terhadap limbah popok bayi yang jumlahnya terus meningkat dari waktu ke waktu. Limbah yang menumpuk sulit untuk terurai, sehingga mencemari lingkungan. Biasanya, bayi memakai popok 3-4 buah per hari dan tiap tahun Indonesia ada 4,2-4,8 juta ibu hamil melahirkan bayi. Padahal, bahan penyerap/Super Absorbent Polymer SAP dalam popok bayi mengandung natrium akrilat dari minyak bumi. Kandungan itu sulit untuk terurai lingkungan, dan kotoran yang tersimpan dalam popok bisa membahayakan kesehatan tubuh. Pengembangan bahan penyerap berbasis selulosa ini diharap jadi inisiator pengembangan popok bayi ramah lingkungan. "Dengan begitu, dapat membantu mengurai persoalan limbah popok bayi dan menciptakan lingkungan yang bersih," kata Ridho. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di SiniKBRN Lombok Utara : Najamuddin, Pria 55 Tahun asal Tanjung Lombok Utara berhasil menyulap gedebong atau pelepah pisang menjadi sebuah produk seni (topi dan peci) oriental yang bernilai ekonomis. Topi dan peci yang dibuatnya dari gedebong tersebut kini telah menjadi familiar di Kabupaten Lombok Utara (KLU) bahkan hingga luar daerah.WQMrVAV.